
BANTEN, JBP – Seorang 
ibu yang masih sedang menyusui anaknya berinisial LA ditangkap polisi 
dari Polda Banten pada tanggal 14 Maret 2023 atas dugaan sebagai pelaku 
Tindak Pidana Khusus Pasal 36 UU Jaminan Fidusia. LA selanjutnya ditahan
 bersama bayinya di Rumah Tahanan Polda Banten.
Hal tersebut disampaikan suami terlapor berinisial PA kepada sejumlah wartawan terkait kisah sedih yang menimpa istri dan bayinya.
Hal tersebut disampaikan suami terlapor berinisial PA kepada sejumlah wartawan terkait kisah sedih yang menimpa istri dan bayinya.
“Kini istri dan bayi
 saya ditahan di Rutan Polda Banten, katanya dia diduga melakukan tindak
 pidana khusus tentang jaminan fidusia sebagaimana diatur Pasal 36 
Undang-Undang Fidusia,” ungkap PA saat di konfirmasi awak media, Jumat, 
17 Maret 2023.
PA kemudian menambahkan bahwa dirinya stress memikirkan anaknya yang masih balita seakan-akan ikut bersalah dan ditahan bersama istrinya karena masih menyusu pada ibunya.
PA kemudian menambahkan bahwa dirinya stress memikirkan anaknya yang masih balita seakan-akan ikut bersalah dan ditahan bersama istrinya karena masih menyusu pada ibunya.
"Itulah yang 
membuat saya sangat sedih, intinya saya memohon secara tertulis kepada 
Kapolda Cq. Direktur Reskrim Polda Banten atau yang mewakili berkenan 
mengabulkan permohonan penangguhan penahanan terhadap LA dan bayi saya,"
 ujar PA dengan nada menghiba.
Polda Banten Langgar Azaz 'Lex Specialis Derogat Legi Generali'
Merespon hal itu, Presiden Perkumpulan Pengacara Republik Indonesia (PPRI), Advokat Moch. Ansory, S.H. menyatakan sangat menyayangkan tindakan yang terkesan arogan dari oknum Polda Banten.
Merespon hal itu, Presiden Perkumpulan Pengacara Republik Indonesia (PPRI), Advokat Moch. Ansory, S.H. menyatakan sangat menyayangkan tindakan yang terkesan arogan dari oknum Polda Banten.
"Kalaupun benar ada seorang ibu yang masih menyusui 
bayinya ditahan di Polda Banten, atas nama kemanusiaan, Kapolda Cq. 
Dirreskrim Polda Banten seyogyanya mengabulkan permohonan penangguhan 
penahanan tersebut. Kita sangat menyayangkan hal ini terjadi,” kata 
Moch. Ansory.
Ansory juga memaparkan pada Awak Media bahwa penyidik Krimsus Polda Banten sepantasnya wajib mematuhi ketentuan yang diatur dalam Pasal 21 ayat (4) huruf (a) KUHAP terkait penahanan seorang tersangka.
Ansory juga memaparkan pada Awak Media bahwa penyidik Krimsus Polda Banten sepantasnya wajib mematuhi ketentuan yang diatur dalam Pasal 21 ayat (4) huruf (a) KUHAP terkait penahanan seorang tersangka.
“Pasal (4) Penahanan tersebut hanya dapat dikenakan terhadap
 tersangka atau terdakwa yang melakukan tindak pidana dan atau percobaan
 maupun pemberian bantuan dalam tindak pidana tersebut dalam hal: (a) 
Tindak pidana itu diancam dengan pidana penjara lima tahun atau lebih,” 
tambahnya.
Dalam kasus LA, penyidik dinilai memaksakan kehendak dengan cara melanggar asas Lex Specialis Derogat Legi Generali (hukum yang bersifat khusus mengesampingkan hukum yang bersifat umum – red) sebagaimana dimaksud Pasal 63 ayat (2) KUHAP.
Dalam kasus LA, penyidik dinilai memaksakan kehendak dengan cara melanggar asas Lex Specialis Derogat Legi Generali (hukum yang bersifat khusus mengesampingkan hukum yang bersifat umum – red) sebagaimana dimaksud Pasal 63 ayat (2) KUHAP.
"Penyidik memaksa 
menggunakan Pasal 36 Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan 
Fidusia dan atau Pasal 372 KUHPidana terhadap LA, maka penyidik 
melakukan penangkapan dan penahanan atas diri LA, yang secara otomatis 
juga memasukkan bayinya di dalam rutan," tukis Presiden PPRI.
"Menurut pendapat saya agar tidak menimbulkan berita sumbang tentang Institusi Polri, khususnya Polda Banten, yang telah menahan seorang ibu yang sedang menyusui, alangkah bijaksananya apabila Kapolda Cq Dirreskrimsus Polda Banten mengabulkan hak tersangka melalui permohonan penangguhan penahanan," beber Moch. Ansory.
"Kebijakan yang demikian itu," lanjut Ansory, "Dapat mengantisipasi berita buruk tentang Polri yang dianggap bertindak semena-mena terhadap rakyat, khususnya kepada wanita yang sedang menyusui bayinya."
"Menurut pendapat saya agar tidak menimbulkan berita sumbang tentang Institusi Polri, khususnya Polda Banten, yang telah menahan seorang ibu yang sedang menyusui, alangkah bijaksananya apabila Kapolda Cq Dirreskrimsus Polda Banten mengabulkan hak tersangka melalui permohonan penangguhan penahanan," beber Moch. Ansory.
"Kebijakan yang demikian itu," lanjut Ansory, "Dapat mengantisipasi berita buruk tentang Polri yang dianggap bertindak semena-mena terhadap rakyat, khususnya kepada wanita yang sedang menyusui bayinya."
"Dikabulkannya penangguhan penahanan ini penting untuk
 mengantisipasi kabar-kabar miring tentang Polri yang menahan seorang 
ibu bersama bayinya di rumah tahanan Polda Banten. Sekaligus itu 
menandakan para penyidik Polda Banten masih punya hati Nurani," pungkas 
Moch. Ansory.
Para Oknum Penyidik Polda Banten Tak Berperikemanusiaan
Sementara itu, Tim Penasehat Hukum PPWI, Advokat Ujang Kosasih, S.H. menyatakan sangat prihatin terhadap penerapan hukum di negara ini, khususnya oleh Polda Banten. Menurutnya, persoalan utang-piutang merupakan perkara perdata yang harus diselesaikan secara perdata, bukan pidana.
“Sekalipun menggunakan Undang-Undang Fidusia, itu tidak berarti bahwa perkara utang-piutang yang pada awalnya sudah dibayar sebagiannya bisa serta-merta dialihkan ke perkara pidana. Ini merupakan penerapan hukum yang semau-gue dalam menyelesaikan sebuah masalah yang muncul dari sebuah perjanjian dua pihak,” beber Ujang Kosasih.
Sebagai aktivis perlindungan konsumen, Ujang Kosasih menjelaskan bahwa pihaknya sudah melakukan berbagai upaya untuk memohon penangguhan penahanan terhadap terlapor LA.
“Kita sudah berkali-kali 
mendatangi Polda Banten untuk menyampaikan permohonan pengangguhan 
penahanan, tetapi jawabanya ‘iya nanti.. nanti.. nanti’ tapi sampai hari
 ini tidak ada realisasi. Jadi, tidak ada perikemanusiaan sama sekali 
para oknum penyidik Polda Banten itu,” kata Ujang Kosasih dalam voice 
note-nya kepada Media ini.
(TIM/Red) JBP
Tidak ada komentar:
Posting Komentar